Selasa, 22 September 2015

Peluncuran Kapal (Part I)



Peluncuran adalah menurunkan kapal dari landasan peluncuran dengan menggunakan gaya berat kapal atau dengan memberikan gaya dorong tambahan yang bekerja pada bidang miring kapal. Perhitungan-perhitungan ini dipergunakan untuk menghindari kapal dari bahaya-bahaya yang tidak dikehendaki seperti kapal tenggelam ketika diluncurkan, dropping, tipping, dan lifting.
Peluncuran kapal pada umumnya dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
  1. Peluncuran memanjang
Adalah peluncuran dimana sumbu memanjang kapal terletak tegak lurus garis pantai dan biasanya kapal diluncurkan dengan buritan terlebih dahulu.









 

  1. Peluncuran melintang
Adalah peluncuran dengan sumbu memanjang kapal sejajar dengan garis pantai.


 

 

Di dalam peluncuran kapal, biasanya digunakan peluncuran memanjang. Peluncuran melintang biasanya hanya digunakan apabila dalam keadaan terpaksa, seperti bila permukaan air (water front) di depan landasan sempit. Seperti misalnya di perairan sungai. Sehingga dalam Tugas Merancang 3 ini, dipilih jenis peluncuran memanjang/End Launching.
Pada peluncuran memanjang, buritan kapal diarahkan ke air sehingga buritan akan terkena air terlebih dahulu. Hal ini dilakukan dengan tujuan supaya :
  1. Linggi belakang tidak terbentur pada landasan.
  2. Pada waktu kapal masuk ke air, maka dapat mengurangi laju kecepatan meluncurnya kapal.
  3. Menambah gaya angkat keatas pada waktu kapal diluncurkan.
Di dalam proses peluncuran kapal, maka untuk mengurangi terjadinya gesekan antara peluncuran dengan landasan diberikan bahan pelumas yang terdiri dari bahan campuran kapur, gemuk, dan parafon. Besarnya tahanan yang disebabkan oleh gesekan ini tergantung dari :
  1. Macam bahan pelumas
  2. Tekanan rata-rata dari peluncur terhadap landasan
  3. Suhu udara pada waktu peluncuran dilaksanakan
  4.  Kecepatan peluncuran
Proses peluncuran kapal secara memanjang terdiri dari tiga periode luncur, yaitu antara lain :
1.  Periode I         : Periode dimana kapal mulai bergerak di atas landasan luncur hingga kapal mulai menyentuh permukaan air.
2.  Periode II      : Tahap peluncuran yang dimulai dari akhir periode I sampai kapal mulai mengapung di air karena gaya apung kapal tersebut     ( mendapat gaya tekan ke atas ).
3. Periode III       : Tahap peluncuran dimulai dari akhir periode II sampai kapal meninggalkan landasan luncur dan terapung bebas ( tidak menyentuh landasan ).
Peralatan luncur yang digunakan dalam proses peluncuran memanjang kapal terdiri dari bagian bergerak yang diikatkan pada badan kapal dan bagian tak bergerak tempat bagian bergerak bersama kapal meluncur masuk ke dalam air. Bagian bergerak terdiri atas satu atau lebih sepatu luncur (launching cradle) yang terbuat dari kayu dan diikat ke badan kapal dan bagian tak bergerak terdiri atas satu atau lebih landasan luncur (ground ways, standing ways) yang juga terbuat dari kayu dan dipasang pada landasan atau penyangga di tanah. Landasan luncur ini miring ke bawah sampai beberapa meter di dalam air dan diberi pelumas di seluruh panjangnya untuk mengurangi gesekan dengan sepatu luncur yang lewat di atasnya. Ujung bawah landasan luncur, baik yang terletak di atas maupun di bawah air, disebut threshold. Jika ujung landasan berada dalam air, maka ada kedalaman air di ujung landasan (depth of water over the threshold) dan titik potong bidang landasan luncur dengan muka air disebut waterfront.
Dalam proses peluncuran kapal dengan cara End Launching, terdapat beberapa kegagalan yang mungkin dapat terjadi, yaitu antara lain :
  1. Kapal tidak mau meluncur sejak awal, atau kapal mulai meluncur tetapi kemudian berhenti sebelum kapal meninggalkan landasan luncur.
  2. Karena sarat air di ujung landasan luncur kurang atau letak titik berat kapal terlalu ke buritan, kapal mengalami jungkit (tipping) yang besar, sehingga selain gaya apung, kapal hanya bertumpu pada ujung landasan luncur, sehingga landasan dan/atau badan kapal mungkin rusak.
  3. Kalau pada waktu kapal meninggalkan ujumg landasan luncur, sarat air di ujung landasan luncur kurang dalam, maka bagian bawah haluan kapal dapat membentur ujung landasan atau dasar laut dengan keras dan mungkin rusak.
Karena itu perlu dilakukan perhitungan-perhitungan supaya gangguan/kegagalan di atas tidak terjadi. Biasanya kapal meluncur sendiri karena landasannya miring ke bawah. Karena kapal bergerak selama proses ini, sebenarnya harus dianalisa sebagai proses dinamis, tetapi penyelesaian secara dinamis sulit. Maka di sini proses peluncuran dianalisa secara statis.

0 komentar:

Posting Komentar