Dalam setiap
kegiatan dalam bidang apapun, cara berfikir ilmiah dan professional pasti tidak
lepas dari data : Speak with data. Namun, keberadaan data hingga kini masih
jauh dari pengelolaan professional yang mampu diakses secara cepat, tepat, dan
akurat. Membangun suatu sistem manajemen data melalui kegiatan database
Planning & programming analysis system (DPPAS) adalah upaya sistemik
mengelolah integrasi DATA dan jajaran birokrasi kementerian/ lembaga dinas
infrastruktur yang memang berkaitan dengan peta sebagai bagian dari data.
Selama ini persoalan data menjadi masalah krusial bagi pemerintah, khususnya
kementerian/ lembaga dinas infrasruktur di pusat dan daerah. Banyak instansi
yang membuat konsep dan program sendiri-sendiri, tanpa adanya integrasi satu
sama lain. Padahal, keberadaan data dan peta teramat sangat penting sebagai
pertimbangan dalam menganalisa dan menentukan kebijakan public dalam rangka
pelayanan public melalui informasi public yang sangat bergantung pada data dan
peta. Contohnya saja perencanaan infrastruktur makro yang bergantung pada data
dan peta mikro sehingga perlu adanya standarisasi pengelolaan data dan peta
secara terpadu. Pembangunan infrastruktur berbasis data dari peta GPS/ GIS/ IT,
prioritas penanganan dan penentuan anggaran. Konsep itulah yang dibawa oleh
Bapak Didik Hardiono seorang alumni Teknik Sipil ’94 yang saat ini sedang
menempuh pendidikan S2 di ITS.
Perlu kita ketahui bahwasanya selain perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
konstruksi didukung peralatan laboratorium modern dan alat berat yang memadai, pelatihan dan sertifikasi SDM Konstruksi, aspek legal mulai dari norma,
standart, peraturan atau pedoman, manual (NSPM) hingga perundang-undangan yang
lengkap, maka yang tidak kalah pentingnya adalah pengelolaan semuanya itu sehingga akan menghasilkan serangkaian
perencanaan, pengawasan, evaluasi dan pengendalian mutu konstruksi yang sesuai
dengan spesifikasi yang diharapkan.
Untuk keperluan
tersebut, diperlukan tools berupa standart software yang bisa menampung semua
keperluan yang diinginkan. Karena pembangunan konstruksi mencakup kewilayahan,
kebutuhan peta standart atau peta induk mutlak adanya. Peta Digital yang dibuat
berdasarkan Global Positioning System atau GPS merupakan satu-satunya peta
standar atau peta induk yang harus dimiliki oleh Departemen Pekerjaan Umum dan
jajarannya di tingkat Daerah.
Dengan mengintegrasikan semua komponen tersebut – termasuk
pemberdayaan SDM Konstruksi – diharapkan akan mampu melahirkan kinerja terukur
di dalam rangka peningkatan kualitas pembangunan konstruksi di Indonesia secara
umum untuk meraih pasar nasional dan internasional. pemanfaatan substansi
maupun software ini bisa untuk semua bidang konstruksi yang mencakup
kewilayahan di seluruh provinsi, kabupaten dan kota di Indonesia. Dengan peta
digital ini, kita bisa melihat : 1. Potensi tiap daerah yang akan dikembangkan,
2. Program penanganan yang akan dilakukan, 3. Penentuan anggaran, 4. Pemantauan
alur kerja. Yang secara teknisnya akan ada surveyor yang turun dalam jangka
waktu tertentu untuk memantau dan menginput informasi/ data yang diperolehnya
ke dalam sistem ini. Sehingga dapat dipantau secara langsung baik oleh pemerintah
pusat maupun daerah. Bahkan masyarakatpun bisa memantaunya melalui website
instansi yang terkait, ini sangat mendukung Undang-undang keterbukaan publik,
pembangunan infrastruktur semakin transparan baik dari segi teknis maupun
anggarannya.
Wow! Sangat bermanfaat :D
Seorang Pak
didik Hardiono :
Awal kami
bertemu, saya melihat beliau adalah seseorang yang sederhana. Ketika mulai
masuk dalam sebuah pembicaraan 1 hal yang kagumi dari beliau adalah : Dapat
mempertahankan idealismenya.. walaupun sudah bukan lagi mahasiswa. Mengingatkan saya sebuah kutipan :
“..Ijazah ini
dapat hancur dan robek disuatu saat. Ia tidak kekal. Ingatlah, bahwa
satu-satunya kekuatan yang dapat hidup terus dan kekal adalah karakter dari
seseorang. Ia akan tetap hidup dalam hati rakyat. Sekalipun orangnya sudah
mati..”
Beliau
menceritakan banyak hal, termasuk mengenai pergerakan, idealisme mahasiswa, Beliau
sangat suka menulis, dan sejak muda memang sering menulis artikel dan di
terbitkan di beberapa surat kabar, Bahkan dulu ketika mahasiswa sempat menulis
sebuah buku dengan judul : Mahasiswa, ilmu, dan organisasi. Berdasarkan
pengalaman beliau ketika bekerja di salah satu instansi pemerintah, birokrasi
dan manajemen data kita ini sangat amburadul. Itulah yang menyebabkan beliau
menggarap sebuah gagasan diatas (peta digital) untuk memperbaiki tatanan
informasi dan data di birokrasi kita. Diwujudkan dalam sebuah Thesis S2. Yang saat
ini sedang diperjuangkan agar sistem ini bisa diaplikasikan di semua bidang
pemerintahan.
Selain tentang idealisme
yang masih bertahan, saya juga belajar 1 hal penting pagi ini : Sebagus apapun
TA, Thesis, ide, gagasan kita jika tidak wujudkan sama saja tidak akan ada
artinya. Yang jelas, harus selesai dulu TA.nya, setelahnya baru kita
perjuangkan. Semangat mengerjakan TA !