Sabtu, 29 Juni 2013

Inspirasi pagi : Idealisme & sebuah Thesis

Dalam setiap kegiatan dalam bidang apapun, cara berfikir ilmiah dan professional pasti tidak lepas dari data : Speak with data. Namun, keberadaan data hingga kini masih jauh dari pengelolaan professional yang mampu diakses secara cepat, tepat, dan akurat. Membangun suatu sistem manajemen data melalui kegiatan database Planning & programming analysis system (DPPAS) adalah upaya sistemik mengelolah integrasi DATA dan jajaran birokrasi kementerian/ lembaga dinas infrastruktur yang memang berkaitan dengan peta sebagai bagian dari data. Selama ini persoalan data menjadi masalah krusial bagi pemerintah, khususnya kementerian/ lembaga dinas infrasruktur di pusat dan daerah. Banyak instansi yang membuat konsep dan program sendiri-sendiri, tanpa adanya integrasi satu sama lain. Padahal, keberadaan data dan peta teramat sangat penting sebagai pertimbangan dalam menganalisa dan menentukan kebijakan public dalam rangka pelayanan public melalui informasi public yang sangat bergantung pada data dan peta. Contohnya saja perencanaan infrastruktur makro yang bergantung pada data dan peta mikro sehingga perlu adanya standarisasi pengelolaan data dan peta secara terpadu. Pembangunan infrastruktur berbasis data dari peta GPS/ GIS/ IT, prioritas penanganan dan penentuan anggaran. Konsep itulah yang dibawa oleh Bapak Didik Hardiono seorang alumni Teknik Sipil ’94 yang saat ini sedang menempuh pendidikan S2 di ITS.

Perlu kita ketahui bahwasanya selain perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang konstruksi didukung peralatan laboratorium modern dan alat berat yang memadai, pelatihan dan sertifikasi SDM Konstruksi, aspek legal mulai dari norma, standart, peraturan atau pedoman, manual (NSPM) hingga perundang-undangan yang lengkap, maka yang tidak kalah pentingnya adalah pengelolaan semuanya itu sehingga akan menghasilkan serangkaian perencanaan, pengawasan, evaluasi dan pengendalian mutu konstruksi yang sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan.

Untuk keperluan tersebut, diperlukan tools berupa standart software yang bisa menampung semua keperluan yang diinginkan. Karena pembangunan konstruksi mencakup kewilayahan, kebutuhan peta standart atau peta induk mutlak adanya. Peta Digital yang dibuat berdasarkan Global Positioning System atau GPS merupakan satu-satunya peta standar atau peta induk yang harus dimiliki oleh Departemen Pekerjaan Umum dan jajarannya di tingkat Daerah.

Dengan mengintegrasikan semua komponen tersebut – termasuk pemberdayaan SDM Konstruksi – diharapkan akan mampu melahirkan kinerja terukur di dalam rangka peningkatan kualitas pembangunan konstruksi di Indonesia secara umum untuk meraih pasar nasional dan internasional. pemanfaatan substansi maupun software ini bisa untuk semua bidang konstruksi yang mencakup kewilayahan di seluruh provinsi, kabupaten dan kota di Indonesia. Dengan peta digital ini, kita bisa melihat : 1. Potensi tiap daerah yang akan dikembangkan, 2. Program penanganan yang akan dilakukan, 3. Penentuan anggaran, 4. Pemantauan alur kerja. Yang secara teknisnya akan ada surveyor yang turun dalam jangka waktu tertentu untuk memantau dan menginput informasi/ data yang diperolehnya ke dalam sistem ini. Sehingga dapat dipantau secara langsung baik oleh pemerintah pusat maupun daerah. Bahkan masyarakatpun bisa memantaunya melalui website instansi yang terkait, ini sangat mendukung Undang-undang keterbukaan publik, pembangunan infrastruktur semakin transparan baik dari segi teknis maupun anggarannya.

Wow! Sangat bermanfaat :D

Seorang Pak didik Hardiono :
Awal kami bertemu, saya melihat beliau adalah seseorang yang sederhana. Ketika mulai masuk dalam sebuah pembicaraan 1 hal yang kagumi dari beliau adalah : Dapat mempertahankan idealismenya.. walaupun sudah bukan lagi mahasiswa.  Mengingatkan saya sebuah kutipan :
“..Ijazah ini dapat hancur dan robek disuatu saat. Ia tidak kekal. Ingatlah, bahwa satu-satunya kekuatan yang dapat hidup terus dan kekal adalah karakter dari seseorang. Ia akan tetap hidup dalam hati rakyat. Sekalipun orangnya sudah mati..”
Beliau menceritakan banyak hal, termasuk mengenai pergerakan, idealisme mahasiswa, Beliau sangat suka menulis, dan sejak muda memang sering menulis artikel dan di terbitkan di beberapa surat kabar, Bahkan dulu ketika mahasiswa sempat menulis sebuah buku dengan judul : Mahasiswa, ilmu, dan organisasi. Berdasarkan pengalaman beliau ketika bekerja di salah satu instansi pemerintah, birokrasi dan manajemen data kita ini sangat amburadul. Itulah yang menyebabkan beliau menggarap sebuah gagasan diatas (peta digital) untuk memperbaiki tatanan informasi dan data di birokrasi kita. Diwujudkan dalam sebuah Thesis S2. Yang saat ini sedang diperjuangkan agar sistem ini bisa diaplikasikan di semua bidang pemerintahan.


Selain tentang idealisme yang masih bertahan, saya juga belajar 1 hal penting pagi ini : Sebagus apapun TA, Thesis, ide, gagasan kita jika tidak wujudkan sama saja tidak akan ada artinya. Yang jelas, harus selesai dulu TA.nya, setelahnya baru kita perjuangkan. Semangat mengerjakan TA ! 










0 komentar:

Posting Komentar